Kali ini saya akan berbagi pengalaman tentang mendaki gunung.
Setiap tahunnya, kami anggota PRAMUKA SKIMA mengadakan kegiatan rutin yaitu ekspedisi lawu.
Kegiatan ini bekerjasama dengan organisasi GAMAPALA SKIMA yang juga pecinta alam.
Tujuan dari kegiatan ini adalah menerapkan darma kedua "Cinta Alam dan Kasih sayang sesama manusia"(hehehehehe) untuk selalu mengagumi ciptaan Alah swt. Kegiatan ini pula sebagai ajang rekreasi, latihan survival, membina mental - fisik, latihan kerjasama tim, dsb.
Kami mengambil jalur "Cemoro Kandang" dalam pendakian naik. Tim kami dibagi menjadi beberapa kelompok dan ada juga yang menjadi tim penyapu(bagian paling belakang). Ahamdulillah selama kegiatan ini tidak ada peserta yang sakit dan tidak ada halangan apapun dalam pendakian.
karena kami menaati pantangan2 yang ada, seperti:
1. Jika melihat pemandangan jangan sambil berjalan
2. Jika melihat apapun jangan dihiraukan(menurut kepercayaan peduduk sekitar kita setidaknya melempar uang koin ke arah sumber suara jika kita mendengar suara2 aneh)
3. Dilarang membuang sampah sembarangan
4. Dilarang mengambil apapun selain foto
5. Dilarang berkata2 kotor/jorok saat pendakian
6. Dilarang merusak alam
7. Wanita yang dalam masa haid dilarang mendaki(biasanya nge-camp di pos bawah)
8. Dilarang menyalakan senter ke atas
Itulah sebagian dari pantangan2 yang tidak boleh dilanggar.
Kegiatan ini diikuti +- 50 anak dari organisasi PRAMUKA dan GAMAPALA SKIMA. Kami juga mengundang alumni untuk berpartisipasi dalam kegiatan ini. Kami membagi tim menjadi 4 Kelompok dan ! Tim penyapu.
Sebagian besar rute berupa jalan setapak yang menanjak.
Pada saat itu saya sebagai tim penyapu bersama teman saya, Anjas Syarifudin dan Mas Yoga serta pembina: Pak Agus Susilo, Pak Mujiono, Pak Kamto, dan Pak edi. Perjalanan menuju pos 1 lumayan panjang dengan rute biasa sampai agak menanjak. Kami beristirahat sejenak di pos 1kemudian melanjutkan perjalanan lagi. Saat perjalanan menuju pos 2, pak mujiono berkata,"tasku abot eg pak". Pak edi menjawab,"la nopo isine pak?". Ternyata pak mujiono mengeluarkan jagung bakar yang dibelinya saat di bawah dari tasnya. Lumayan banyak sehingga kami semua menikmati sambil berbincang2. Kami melanjutkan perjalanan hingga sampai di pos 3 saat matahari terbenam. Kami lalu melanjutkan perjalanan. Saat di perjalanan menuju pos 4 saya mendengar suara2 aneh, tetapi saya tidak berani cerita ke rekan2 saat itu. Saya pun tak menghirauannya dan saya berdoa dalam hati kepada Allah swt untuk meminta perlindungan. Perjalanan pun dilanjutkan sampai ke pos 5. Saat menuju pos 5, sekitar jam setengah 11 malam, kondisi disana hujan deras. kami pun berteduh dan memakai mantel/jas hujan dan melanjutkan perjalanan. Saat itu senter milik Anjas mati dan meminjam senter saya karena saya bawa 2 senter. Kami pun tersesat saat menuju ke pos 5,(bayangkan tengah malam tersesat di gunung dalam kondisi hujan deras dan jlanan yang licin) kami pun berhati2 dalam berjalan. Rombongan tim penyapu pun tak sengaja terpisah karena jalan saat itu. Mas Yoga, Pak Kamto, dan Pak Agus sedangkan saya bersama Anjas, Pak Mujiono, dan Pak Edi. Anjas pun berjalan di paling depan untuk menunjukkan jalan. Sedangkan saya di paling belakang. Di depan saya pak Mujiono sering terjatuh karena jalannya licin, namun beliau berkata "Ora popo... semangat ndang tekan". Hujan mulai agak reda dan suasana malam semakin mencekam. Saya yang berjalan paling belakang merasakan ada sesuatu yang mengikuti saya. Saya berkali kali berhenti sejenak dan menengok ke belakang sambil menyalakan senter. Ternyata tidak ada siapa siapa. Akan tetapi saya masih merasa ada yang mengikuti. Saya berkata dalam hati, "Ya Allah lindungilah kami dari godaan syetan yang terkutuk". Akhirnya setelah hampir setengah jam berjalan, kami tiba di Pos 5 pukul 11.15 malam. Disana semua peserta sudah beristirahat. Saya dan Anjas diberi minuman hangat oleh Pak Kamto. Saat itu saya hanya duduk saja dan tidak bisa tidur. Teman2 kami khawatir terhadap tim penyapu jika ada apa2. Untunglah kami semua selamat. Saya pun masih terbayang kejadian yang tadi saya alami. Namun saya berniat tidak menceritakannya saat itu juga. Saat itu bapak2 pembina masih mengobrol di dekat api unggun. Saya pun yang tak bisa tidur akhirnya ikut di situ dan berbicara dengan Mbok Yem. Mbok Yem adalah pemilik warung dan penginapan di atas Gunung Lawu. Beliau sudah tua dan didampingi oleh pekerjanya dalam mengelola warung tersebut. Mbok Yem senang sekali melihat pertunjukan Ketoprak, wayang di televisi. Beliau sangat suka Budaya Jawa. Setelah agak ngantuk saya pun berbaring dan tertidur.
Saat bangun, kami melakukan pemanasan sejenak dan istirahat. Setelah itu melanjutkan ke Puncak Argo Dumilah dalam ketinggian +_3265 mdpl. Kami berfoto2 ria dan menikmati serta mengagumi alam ciptaan Allah swt. Lalu kami pun turun ke bawah melewati jalur pendakian Cemoro Sewu.
Berikut ini foto2 kegiatan kami disana
Perjalanan ke Gunung Lawu (naik truk brummm brummm brummm)
Dari kiri ke kanan: Imron(saya), Kak Desy, Riski, Luvi, Azizah, Kak Era, Kak Tutut, Kak Iin
Riski dan Umarina
Mumpung istirahat pose dulu (ini saya)
Lihat sunset(perjalanan pos 3)
saya sebagai tim penyapu. Di belakang saya itu Pak Mujiono(hehehe...)
Saya(tengah), Riski(kiri) dan Kak Santi(kanan)
ARMAPANDA JAYA JAYA JAYA
BERSAMA LEBIH INDAH... :D
SATU KELUARGA KSATRIA DIPONEGORO ~ NYI AGENG SERANG
Tidak ada komentar:
Posting Komentar